Saturday 28 February 2009

Raising Kids God's Way - 2


POLA PENGASUHAN

Dalam mendidik anak, salah satu faktor yang sangat mempengaruhi adalah pola pengasuhan.
Orang tua biasanya mewarisi pola pengasuhan tersebut dari orang tuanya dan faktor lain seperti temperamen orang tua, tuntutan nilai-nilai masyarakat serta harapan-harapan sebagai orang tua.

Faktor-faktor yang menentukan pola pengasuhan adalah DISIPLIN dan KASIH SAYANG.


Kombinasi dari kedua faktor tersebut akan menghasilkan 4 jenis pola pengasuhan sebagai berikut :

1. Disiplin tinggi, kasih sayang rendah.

Orang tua yang demikian disebut orang tua yang “otoriter” .
Otoriter berarti menggunakan otoritasnya secara berlebihan.

Ciri – cirinya adalah :

• Orang tua menetapkan banyak peraturan di dalam rumah.
• Orang tua mudah memberi hukuman terutama fisik setiap kali anak melakukan kesalahan.
• Orang tua menuntut ketaatan anak, namun tidak disertai dengan melatih anak maupun membangun hubungan dengan anak.
Misalnya, tidak menjelaskan mengapa tidak boleh.
• Orang tua otoriter lebih berfokus pada larangan dan konsekuensi hukuman daripada mendorong hal yang positif pada anak.
• Orang tua sering memaksakan kehendak kepada anak-anaknya.
• Komunikasi antara orang tua dan anak sangat terbatas dan searah.

Hasilnya :

Anak akan melihat bahwa orang tuanya adalah ‘tukang pukul’, ‘tukang disiplin’ dan ‘jahat’.
Maka anak-anak akan menjadi anak yang sakit hati, anak yang memberontak karena kurang diperhatikan. Atau anak-anak akan menjadi anak yang memiliki gambar diri yang rusak, minder, tidak berani mengambil inisiatif.


2. Disiplin rendah, kasih sayang tinggi.

Orang tua yang demikian disebut orang tua yang “permisif”.
Permisif berarti tidak menggunakan otoritasnya sebagai orang tua sehingga menjadi orang tua yang ‘serba membolehkan.”

Ciri – cirinya adalah :

• Orang tua mempunyai prisip bahwa tanggung jawab mereka adalah membahagiakan anak.
• Sehingga mereka sangat menunjukkan kasih sayang, tetapi cenderung tidak tegas dan tidak berani mendisiplinkan anak jika anak melakukan kesalahan.
• Orang tua tidak memiliki aturan yang jelas di dalam rumah.
Misalnya, kapan mau main, kapan mau makan, silakan ....
Sesungguhnya, orang tua memberikan aturan dan nilai moral kepada anak-anak.
• Orang tua membiarkan anak mengatur dirinya sendiri.
• Orang tua menghindari konflik dengan anak-anak.
Misalnya, daripada anak menangis, lebih baik diberikan saja apa yang anak-anak inginkan.
• Orang tua lebih mengalah pada kemauan anak, sehingga mereka cenderung diatur oleh anak.
Misalnya, apa yang anak inginkan selalu dituruti, jarang dilarang, terserah anak, apa yang anak inginkan tidak bisa dicegah.
• Orang tua permisive akan cenderung menjadikan anak sebagai bos dan nomor satu di rumah.
Seharusnya kita memberikan aturan dan nilai-nilai moral pada anak.


Hasilnya :

Orang tua yang permissive akan cenderung menjadikan anak sebagai ‘bos’ dan nomor satu di dalam rumah.
Prinsip seperti ini disebut dengan CHILD CENTER, yaitu anak menjadi pusat di dalam keluarga.
Maka anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang egois, tidak memiliki penguasaan diri, tidak bertanggung jawab, cenderung mengatur dan tidak menghargai orang tua.
Anak-anak akan tumbuh menjadi anak yang manja dan ‘semau gue.’
Ketika ia besar, ia akan menjadi orang yang tidak bisa tunduk kepada peraturan.


3. Disiplin rendah, kasih sayang rendah.

Orang tua yang demikian disebut orang tua yang “tidak perduli.”

Ciri-cirinya adalah :

• Orang tua tidak memperhatikan dan memberikan dukungan kepada anak.
• Orang tua tidak mau terlibat dalam kehidupan anak.
Misalnya anak tidak pernah disayang, tetapi tidak pernah didisiplin juga.
• Orang tua menolak dan mengabaikan keberadaan anak.

Hasilnya :

Anak yang dibesarkan dalam pola pengasuhan yang demikian akan menjadi ‘anak sia-sia.’
Anak akan merasa dirinya tidak berharga, anak memiliki rasa tidak aman, batinnya terluka dan memberontak. Anak akan sulit berprestasi dan sering menjadi anak yang bermasalah.


4. Disiplin tinggi, kasih sayang tinggi.

Orang tua yang demikian disebut orang tua yang “bijak”.

Ciri-cirinya adalah :

• Orang tua memiliki aturan, batasan dan standar yang jelas di dalam keluarga.
• Orang tua yang menanamkan nilai-nilai di dalam keluarga.
• Orang tua yang menghargai anak.
• Orang tua yang memiliki hubungan yang hangat dan baik dengan anak.
• Orang tua memberikan disiplin yang tepat pada anak ketika ia bersalah dan ada penjelasan sebelum ia dihukum.
• Orang tua membangun komunikasi dengan dasar percaya dan terbuka.

Hasilnya :

Anak yang dibesarkan dengan pola pengasuhan yang demikian akan menjadi ‘anak Ilahi’.

Anak akan :
• Memiliki gambar diri yang baik.
• Bertanggung jawab dan mampu menguasai diri.
• Tidak merasa sakit hati tatkala didisiplin.
• Tidak mudah goyah dalam situasi yang sulit.
• Memiliki komunikasi yang sehat.
• Menghargai otoritas dan mau meneladani iman orang tua.
• Berpotensi untuk berprestasi dalam akademik.

Akan yang demikian akan menjadi anak yang dahsyat dipakai Tuhan.

Bagaimana dengan kita sebagi orang tua ?
Seringkali masa lalu kita akan berpengaruh dalam pola pengasuhan yang akan dilakukan terhadap anak-anak kita.
Apabila kita dibesarkan oleh orang tua yang otoriter, maka saat kita membesarkan anak, kita akan memiliki kecenderungan ‘tidak mau seperti orang tua kita.’ Kita akan menjadi orang tua yang permissive. Demikian juga sebaliknya.

Tetapi, biarlah sebagai orang tua, kita belajar untuk hidup dan membesarkan anak bukan berdasarkan masa lalu kita, tetapi dengan cara Allah. Dengan demikian, kita sedang membentuk anak-anak Ilahi yang akan menjadi berkat bagi bangsa ini.